Logo Caribakatmu 800x200

Mengenal Tes Skolastik di SBMPTN 2023

Mengenal Tes Skolastik di SBMPTN 2023
0 Shares

Seleksi Nasional Berdasarkan Tes 2023 atau sebelumnya disebut SBMPTN tidak lagi menggunakan tes mata pelajaran melainkan hanya tes skolastik.

“Tidak ada lagi tes mata pelajaran. Materi akan diganti, dan disederhanakan. Hanya ada satu tes skolastik yang mengukur kemampuan bernalar siswa,” terang Mendikbudristek Nadiem Makarim dikutip dari laman kompas.com.

Tes skolastik tersebut berisikan materi yang mengukur potensi kognitif, penalaran matematikan, literasi dalam bahasa Indonesia, dan literasi dalam bahasa Inggris.

Menurut Nadiem, selama ini tes SBMPTN menitikberatkan hafalan dibanding penalaran. Selain itu, materi yang diujikan terlalu banyak dan terfokus hanya pada mapel tertentu. Siswa pun pada akhirnya hanya fokus pada mata pelajaran yang diujikan, sementara mata pelajaran lain menjadi dianggap tidak penting. Kondisi ini berpotensi kualitas pembelajaran menjadi menurun.

Ketua Tim Persiapan Seleksi Masuk PTN 2023 Budi P Widyobroto menyampaikan bahwa perubahan tersebut bertujuan agar siswa mampu dan tidak mampu secara ekonomi tidak perlu berlomba belajar dengan mengikuti bimbingan belajar berbayar.

“Setidaknya, dengan pola seleksi tahun 2023 ini, diharapkan siswa SLTA mempunyai kesempatan yang sama, baik dari jenis sekolah, apakah SMA, MA, SMK, sekolah yang berasal dari perkotaan atau kabupaten, kemudian juga siswa yang berkecukupan secara ekonomi maupun kurang mampu, karena yang tidak mampu pun atau yang mampu tidak akan banyak berlomba ini dan itu dengan berbayar,” kata Budi dalam Silaturahmi Merdeka Belajar, dikutip dari laman detik.com Kamis (15/9/2022).

Kepala Pusat Asesmen Pendidikan Kemendikbudristek Asriyanti menuturkan, keempat komponen pengukuran dalam tes skolastik mengukur penalaran berbeda yang perlu untuk menguasai bidang ilmu.

“Untuk apa tes ini digunakan? Karena untuk menguasai bidang ilmu, keempat ini sangat penting. Seseorang yang punya kemampuan penalaran tinggi akan mudah belajar sebagian bidang ilmu. Misalnya untuk teknik butuh kompetensi penalaran matematika, potensi kognitif, dan juga literasi baik bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris juga penting,” terang Asriyanti.

Karena kalau tidak ingin ketinggalan perkembangan teknologi, tidak hanya butuh kemampuan membaca ,tetapi juga kemampuan membaca secara kritis, berpikir kritis. (Bidang ilmu) ekonomi, kimia, semuanya perlu ini,” sambungnya.

Asriyanti menerangkan, tes skolastik tidak berisi penilaian konten mata pelajaran IPA atau IPS, tetapi penalaran umum dan penalaran di beberapa area, seperti matematika hingga bahasa.

Di sisi lain, ia mengatakan, konten materi pelajaran tetap penting, tetapi tidak digunakan dalam tes.

“Bukan berarti berarti konten itu tidak penting. Mata pelajaran tetap penting, tetapi tidak diujikan, tidak digunakan sebagai alat seleksi,” katanya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *